Jumat, 12 Agustus 2011

IBU ADALAH KERAMAT YANG BERJALAN



Jika anda tidak tersentuh usai membaca ramuan syair sufistik “Keramat Ibu” ini, anda perlu membaca ulang dengan lebih menghadirkan hati. Kapan terakhir anda menyakiti hati ibu? Kapan terakhir anda membuat ibu bahagia? Kapan terakhir anda menangis mengingat sosok manusia yang paling berjasa itu?
Baca syair sufistik ini perlahan… renungkan, hayati… dan bertekadlah untuk selalu berbakti padanya. Bahagiakanlah dia lebih dari membahagiakan siapapun.
Bismillah….
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah… penuh nanah
Seperti udara… kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas…ibu…ibu
Ingin kudekap dan menangis di pangkuanmu, ibu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas…? Ibu…ibu….
Wahai manusia…

Jika hidupmu susah
Jika hidupmu dalam kesumpekan
Jika hidupmu tidaklah bahagia
Ingatlah akan IBUMU
Sudahkah engkau berbuat baik kepadanya?
Segeralah sujud dan cium kedua kakinya
Mohonlah ampun
Dan mohonlah barokah doa kepadanya
Maka hidupmu akan berada pada cahaya
Hidupmu akan dinaungi keramatnya



Kata keramat biasanya dihubungkan dengan seseorang  atau benda yang memiliki tuah yang diyakini bisa mengeluarkan daya magic yang  berbeda dengan manusia atau benda di sekitarnya.
Dalam kehidupan orang banyak memburu benda-benda keramat yang diyakini bisa membantu kehidupan mereka menjadi lebih baik, lebih lancar dan sukses. Tidak peduli apakah jalan yang ditempuh itu logic atau tidak yang penting dapat benda keramat. Biasanya guna mendapatkan hal itu tidak jarang mereka mendatangi para dukun, makam keramat, atau tempat-tempat wingit. Bahkan mereka rela tidur di sana selama berhari-hari demi mewujudkan impianya tersebut…rela digit nyamuk, gatal-gatal, belum lagi kalau ketemu kuntilanak, pocong..hiii serem gk tuh!

Don't you know apa sebenarnya keramat itu?
Kata keramat sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Arab KAROMA- yang memiliki arti mulia. Dalam tingkatan hamba Allah karomah diberikan kepada para wali atau kekasih Allah, jika kemuliaan itu diberikan kepada nabi disebut MU'JIZAT : melemahkan, jika hal itu diberikan kepada manusia umum maka ia disebut sebagai MA'UNAH : pertolongan Allah.

Salah satu keramat yang banyak dilupakan orang adalah keramat seorang Ibu. Dialah makhluk yang kemuliaannya 3x lipat dibanding sang ayah. Dialah figur yang digambarkan oleh nabi saw sebagai sosok seperti nabi ketika ia berdoa untuk anaknya:

12307- دعاء الوالد لولده كدعاء النبى لأمته (الديلمى عن أنس)
Artinya : Doa orang tua kepada anaknya seperti doa nabi kepada umatnya (HR. Dailamy dari Anas bin Malik ra)


شعب الإيمان للبيهقي - (ج 16 / ص 410)
7654 - حدثنا أبو عبد الرحمن السلمي ، أنا أبو عبد الله بن محمد بن موسى ، نا محمد بن سليمان بن الحارث ، نا أبو عاصم النبيل ، عن الحجاج الصواف ، عن يحيى بن أبي كثير ، عن أبي جعفر محمد بن علي ، عن أبي هريرة ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « ثلاث دعوات مستجابات : دعاء الوالد على ولده ، ودعوة المظلوم ، ودعوة المسافر »

Artinya : ada 3 doa yang mustajab 1.doa orang tua kepada anaknya. 2. Doa orang yang teraniaya 3.doa orang yang sedang bepergian
Kalau dalam syairnya bang Haji….dia berkata
Doa ibumu dikabulkan Tuhan
dan kutukannya jadi kenyataan
Bila kau sayang pada kekasih
lebih sayanglah pada ibumu
bila kau patuh pada rajamu
lebih patuhlah pada ibumu

Dalam sebuah kisah, ada seorang sahabat yang ingin ikut berperang dengan Rasulullah ternyata ia memiliki seorang ibu yang telah tua maka dikatakan kepadanya, pulanglah berbaktilah kepadanya, sesungguhnya surga berada di telapak kakinya.
سنن النسائي - (ج 6 / ص 317)
الرُّخْصَةُ فِي التَّخَلُّفِ لِمَنْ لَهُ وَالِدَةٌ
3104 - أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَبْدِ الْحَكَمِ الْوَرَّاقُ قَالَ حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ طَلْحَةَ وَهُوَ ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ طَلْحَةَ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ السَّلَمِيِّ
أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيرُكَ فَقَالَ هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَالْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا
Hadis di atas membuktikan bahwa berbakti kepada orang tua sebanding dengan para pejuang yang berjihad di medan perang.  
Alkisah,
Suatu ketika Nabi Musa bertanya kepada Allah. “Ya Allah, siapakah orang di surga kelak yang akan menjadi sahabatku?” Allah pun menjawab dengan memberitahu sebuah nama, nama kampungnya serta tempat tinggalnya. Setelah mendapat jawaban, Nabi Musa benar-benar penasaran dengan orang itu. Betapa istimewanya dia, tidak dikenal tetapi kelak setingkat dengan Nabi di surga. Siapakah dia dan apakah amal-amalnya? Musa turun dari Bukit Tursina dan berjalan berhari-hari mencari orang itu ke tempat yang diberitahu Allah. Setelah beberapa hari dalam perjalanan akhirnya sampai juga Nabi Musa ke tempat yang dituju.
Dengan pertolongan beberapa orang penduduk setempat, Musa berhasil bertemu dengan orang tersebut. Ia ternyata seorang pemuda. Setelah memberi salam, Nabi Musa dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu. Anehnya, pemuda itu tidak melayaninya. Dia malah masuk ke dalam bilik dan melakukan sesuatu di dalam. Sebentar kemudian dia keluar sambil membawa seekor babi betina yang besar. Babi itu dituntunnya dengan baik dan rasa hormat. Nabi Musa terkejut melihatnya. “Lho, apa-apaan pemuda itu? Ia memelihara babi di rumahnya?” Kata Nabi Musa tersentak kaget dalam hatinya penuh keheranan.
Babi itu dibersihkan dan dimandikan dengan baik. Setelah itu, babi itu dilap sampai kering serta dipeluk cium kemudian dihantarkan kembali ke dalam kamar. Tidak lama kemudian dia keluar lagi dengan membawa pula seekor babi jantan yang lebih besar. Babi itu juga dimandikan dan dibersihkan. Kemudian dilap hingga kering dan dipeluk serta cium dengan penuh kasih sayang. Babi itu kemudiannya dituntun diantar kembali lagi ke dalam ke kamar yang sama.
Setelah selesai barulah dia melayani Nabi Musa AS. Musa bertanya heran:
“Wahai anak muda! Apa agamamu sampai berbuat seperti itu kepada babi?”
“Agamaku agama Tauhid. Aku beriman kepada Allah.” Jawab pemuda itu.
“Tapi, mengapa kamu mengurus babi bahkan sampai seperti itu? Kita tidak boleh begitu terhadap babi.” Kata Nabi Musa.
“Wahai Tuan,” kata pemuda itu, “sebenarnya kedua babi itu adalah ibu bapakku. Karena mereka melakukan dosa besar, Allah telah mengazab mereka dengan mengganti wujudnya menjadi babi. Soal dosanya itu, biarlah itu urusannya dengan Allah. Sebagai anaknya, aku tetap melaksanakan kewajibanku mengurus mereka. Hari demi hari, aku berbakti kepada kedua ibu bapakku seperti yang tuan lihat tadi. Walaupun rupa mereka sudah menjadi babi, aku tetap melaksanakan tugasku sebagai anak. Sebagai anak, aku harus begitu kepada orang tuaku. Begitulah ceritanya!” kata pemuda itu.
“Setiap hari aku berdoa kepada Allah agar dosa mereka diampuni. Aku memohon supaya Allah menukarkan wajah mereka kembali menjadi manusia yang sebenarnya, tetapi Allah masih belum mengabulkan hajatku.” Tambah pemuda itu lirih, sedih dan pilu.
Setelah selesai pemuda itu bercerita, ketika itu juga Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa AS. “Wahai Musa, inilah orang yang akan menjadi sahabatmu di surga nanti sebagai buah dari baktinya yang sangat tinggi kepada kedua orang tuanya. Ibu bapaknya yang sudah buruk rupa menjadi babi pun, dia tetap berbakti. Oleh karena itu, Kami naikkan maqamnya ke derajat yang tinggi di sisi Kami.” Kata Allah SWT.
Allah meneruskan lagi memberi kabar: “Karena dia telah berada di maqam yang tinggi sebagai anak yang shaleh disisi-Ku, kini Aku kabulkan do’nya. Tempat kedua ibu bapaknya yang tadinya Aku sediakan di dalam neraka, kini telah Kupindahkan ke dalam surga.”[]Subhanallah …..
Silahkan teman-teman mengambil hikmah dari cerita ini dan bagikan ke sebanyak-banyaknya teman…


Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Dan sayangilah mereka sebagaimana mereka mengasihiku sejak kecil. Amin.
  

Kamis, 11 Agustus 2011

Albert Einstein adalah seorang Muslim

Selama ini banyak orang yang tak mengetahui agama apa yang dianut oleh Albert Einstein, sehingga jangan heran jika kemudian muncul anggapan bahwa Einstaein adalah penganut atheis. Namun kini semuanya terkuak. Albert Einstein ternyata beragama Islam. Ya, Einstein adalah seorang Muslim.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiubJYUGLdsOHy-rGVvigtfnYSBylwbMT8heCeRsHf5fv8V2YvjFUn7pk61FlaNQ6RkGsCoU5o-a8_4e8PJjlCTg_wv0yvgiFOSMN9QL2OcInRLLYuhk8p-bcXVBTfhUf_U-oQJBu7POCk/s760/einstein.jpg

Kantor berita Iran IRIB (24/9) baru-baru ini melansir sebuah berita yang menyatakan bahwa ilmuwan Albert Einstein adalah seorang penganut Syiah. Irib mengutip sebuah surat rahasia Albert Einstein, ilmuan Jerman penemu teori relatifitas itu, yang menunjukkan bahwa dirinya adalah penganut madzhab Islam tersebut.

Berdasarkan laporan situs Mouood.org, Einstein pada tahun 1954 dalam suratnya kepada Ayatollah Al-Udzma Sayid Hossein Boroujerdi, marji besar Syiah kala itu, menyatakan, "Setelah 40 kali menjalin kontak surat-menyurat dengan Anda (Ayatollah Boroujerdi), kini saya menerima agama Islam dan mazhab Syiah 12 Imam".

Einstein dalam suratnya itu menjelaskan bahwa Islam lebih utama ketimbang seluruh agama-agama lain dan menyebutnya sebagai agama yang paling sempurna dan rasional. Ditegaskannya, "Jika seluruh dunia berusaha membuat saya kecewa terhadap keyakinan suci ini, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya walau hanya dengan membersitkan setitik keraguan kepada saya".

Einstein dalam makalah terakhirnya bertajuk Die Erklarung (Deklarasi) yang ditulis pada tahun 1954 di Amerika Serikat dalam bahasa Jerman menelaah teori relatifitas lewat ayat-ayat Al-Quran dan ucapan Imam Ali bin Abi Thalib as dalam kitab Nahjul Balaghah.

Dalam makalahnya itu, Einstein menyebut penjelasan Imam Ali as tentang perjalanan miraj jasmani Rasulullah ke langit dan alam malakut yang hanya dilakukan dalam beberapa detik sebagai penjelasan Imam Ali as yang paling bernilai.

Salah satu hadis yang menjadi sandarannya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Allamah Majlisi tentang mikraj jasmani Rasulullah saw. Disebutkan, “Ketika terangkat dari tanah, pakaian atau kaki Nabi menyentuh sebuah bejana berisi air yang menyebabkan air tumpah. Setelah Nabi kembali dari mikraj jasmani, setelah melalui berbagai zaman, beliau melihat air masih dalam keadaan tumpah di atas tanah.” Einstein melihat hadis ini sebagai khazanah keilmuan yang mahal harganya, karena menjelaskan kemampuan keilmuan para Imam Syiah dalam relativitas waktu. Menurut Einstein, formula matematika kebangkitan jasmani berbanding terbalik dengan formula terkenal “relativitas materi dan energi”.

E = M.C² >> M = E : C²

Artinya, sekalipun badan kita berubah menjadi energi, ia dapat kembali berujud semula, hidup kembali.

Dalam suratnya kepada Ayatullah al-Uzma Boroujerdi, sebagai penghormatan ia selalu menggunakan kata panggilan “Boroujerdi Senior”, dan untuk menggembirakan ruh Prof. Hesabi (fisikawan dan murid satu-satunya Einstein asal Iran), ia menggunakan kata “Hesabi yang mulia”. Naskah asli risalah ini masih tersimpan dalam safety box rahasia London (di bagian tempat penyimpanan Prof. Ibrahim Mahdavi), dengan alasan keamanan.

Risalah ini dibeli oleh Prof. Ibrahim Mahdavi (tinggal di London) dengan bantuan salah satu anggota perusahaan pembuat mobil Benz seharga 3 juta dolar dari seorang penjual barang antik Yahudi. Tulisan tangan Einstein di semua halaman buku kecil itu telah dicek lewat komputer dan dibuktikan oleh para pakar manuskrip.